Curug Bandung, Objek Wisata Alam di Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat



Curug Bandung [Sumber : jabarprov.go.id]
Curug Bandung merupakan sebuah Keajaiban Alam karena merupakan bagian dari rangkaian sebanyak 7 air terjun yang memancar dalam satu aliran sungainya yang berawal dari Curug Peuteuy, Curug Picung, Curug Cadas, Curug Jodo, Curug Lesung, hingga Curug Bandung yang merupakan curug terbesarnya serta Curug Cigentis berada sekitar 2-3 ke atas. Keajaiban tersebut menjadikan daya tarik bagi wisatawan untuk menjadikan Curug Bandung sebagai objek wisata alam favorit di Kabupaten Karawang selain Curug Cigeuntis. Nama “Bandung” pada curug ini bukan berarti keberadaannya di Bandung. Secara administratif, Curug Bandung berada di Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Karawang. Kata Curug berasal dari Bahasa Sunda yang dalam Bahasa Indonesia artinya adalah Air Terjun. Letak curug ini berada dibawah kaki Gunung Sanggabuana.

Untuk sampai di curug ini, dari pusat kota Kabupaten Karawang menuju Objek Wisata Curug Bandung dengan jarak kurang lebih sejauh sekitar 43 km dengan rute perjalanan berkendaraan Karawang-Loji berjarak sejauh sekitar 30 km, selanjutnya dari Loji - Jayanti berjarak sejauh sekitar 10 km, dan terakhir harus menempuh jarak sejauh sekitar 3 km dengan cara berjalan kaki. Namun demikian, perjalanan seperti tersebut tidak terasa sia-sia karena selain untuk berolah raga agar tubuh sehat dengan berjalan kaki, sesampainya di Curug ini akan disuguhi Panorama Alam yang indah, asri, serta bersih dan sehatnya udara sekitar karena  jauh dari  polusi udara seperti yang biasa ditemui di kota besar.

Nah Sahabat, Selamat ber-wisata desa ke Curug Bandung ...

Gunung Sanggabuana, Objek Wisata Alam di Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat



Gunung Sanggabuana (Blog rinvan7378)

Bagi sahabat terutama yang berdomisili di DKI Jakarta dan sekitarnya yang ingin refreshing atau menyegarkan kembali setelah beraktifitas sibuk dengan ber – wisata desa ke suatu objek wisata alam yang berjarak tidak begitu jauh, namun juga menyukai tantangan alam seperti jalan terjal, berdebu, menaik dan berakhir di sebuah lokasi berpanorama alam yang indah, asri, udara sekitar yang bersih dan sehat karena  jauh dari polusi udara seperti yang biasa ditemui di kota besar, maka berwisata alam ke Gunung Sanggabuana di Kabupaten Karawang dapat dijadikan salah satu alternatif atau pilihan. Jarak tempuh dari Jakarta menuju Kabupaten Karawang kurang lebih sekitar 68,7 km dengan waktu tempuh normal kurang lebih 1 jam 30 menit. Kemudian dari pintu tol Karawang Barat menuju lokasi objek wisata berjarak kurang lebih sekitar 40 km.

Tugu Penanda Ketinggian Gunung (Blog Sardakoe)
Gunung Sanggabuana merupakan sebuah kawasan objek wisata alam yang sangat indah. Menurut beberapa sumber disebutkan bahwa satu-satunya gunung di Kabupaten Karawang ini memiliki ketinggian 1.291 mdpl (meter di atas permukaan laut). Namun dalam Blog Sardakoe disebutkan bahwa ketinggian gunung ini adalah 1.074 mdpl (meter di atas permukaan laut) berdasarkan tugu yang ditemukan dari Badan Survey Pemetaan Geodesi Indonesia. Dengan ketinggian lebih dari 600 m tersebut, maka Sanggabuana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia termasuk dalam kategori gunung alias bukan bukit.  Dari puncak gunung ini, bendungan Jatiluhur di Kabupaten Purwakarta dapat terlihat dengan jelas. Nama Sanggabuana berasal dari kata “Sangga” yang artinya sembilan menandakan Wali Sembilan dan “Buana” yang artinya tempat yang sering digunakan untuk berkumpul, dalam penyebaran agama Islam ke beberapa daerah seperti Cirebon, Garut, Pamijahan Tasikmalaya, Banten, Demak, Kudus, dan lain-lainnya. Dapat disimpulkan arti Sanggabuana secara lengkap kira-kira adalah “Tempat Berkumpulnya Wali Sembilan yang juga dikenal dengan sebutan Wali Songo”. Di kawasan ini terdapat beberapa Objek Wisata Alam seperti Curug Bandung, Curug Cigentis, Curug Cikoleangkak, Curug Ciomas, dan Kawasan Wisata Batu Tumpang. Perlu diketahui bahwa kata “Curug” berasal dari bahasa Sunda yang artinya air terjun. Selain curug atau air terjun, di gunung ini juga ditemukan beberapa makam tua yang berbentuk bangunan maupun terbuka. Diantara makam-makam tersebut tedapat beberapa nama tokoh di Jawa Barat yakni makam Langlangbuana, Uyut Panjang, Eyang Balung Nunggal atau Balung Tunggal, dsbnya.

Status kawasan hutan Gunung Sanggabuana saat ini termasuk dalam kategori hutan produksi namun sedang diusahakan menjadi hutan lindung sebagai bentuk upaya pencegahan meluasnya kerusakan hutan tersebut. Hutan di gunung ini masih cukup terawat sehingga masih dapat menikmati tumbuh liarnya pepohonan berjejer dengan tinggi mencapai puluhan meter dan berukuran hingga sebesar truk di pangkal pohonnya. Diantara pohon-pohon tersebut terdapat pohon Kemenyan yang mengeluarkan semerbak bau kemenyan. Selain pepohonan atau flora, di hutan ini juga terdapat fauna atau binatang diantaranya adalah Lutung hitam ekor panjang, Oak, Elang Jawa, dan sebagainya.

Melakukan pendakian di gunung ini cukup melelahkan, terlebih lagi bagi pendaki pemula. Tapi Sahabat tidak perlu terlalu merisaukan keadaan tersebut karena di pucak gunung ini terdapat pula beberapa warung yang buka 24 jam. Selain bisa makam dan minum, di warung berdinding bilik terbuat dari bambu dan dilapis terpal ini juga bisa dijadikan tempat beristirahat dan bertahan dari dinginnya cuaca puncak gunung. Yang terpenting dalam hal ini, para pendaki perlu menjaga sopan santun atau tata krama layaknya pendatang. Si pemilik warung juga dapat dijadikan sebagai narasumber yang baik dan antusias bila diminta beberapa informasi di seputar gunung tersebut.

Berdasarkan letak geografisnya, Gunung Sanggabuana di sebelah utara adalah Kabupaten Karawang serta berbatasan dengan 3 kabupaten yang masih di wilayah Provinsi Jawa Barat yaitu sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Purwakarta, sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Cianjur, dan di sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor. Secara administratif, gunung ini berada di Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat.

Waduk Penjalin, Objek Wisata Alam di Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah



Gbr. Waduk Penjalin
Blog matletters.files

Bagi sahabat yang berdomisili maupun sedang berada di Kabupaten Brebes, Kabupaten Banyumas dan sekitarnya yang ingin menikmati keindahan alam di pagi maupun sore hari untuk melepaskan rasa penat dan jenuh selama melakukan aktifitas sehari-hari, ber-wisata desa ke Waduk Penjalin bisa dijadikan salah satu pilihannya.

Di waduk ini, sahabat dapat melihat hamparan biru air waduk yang luas, warna hijau daun pepohonan di sekeliling waduk, serta horizon antara hijau daun dan biru air yang memperindah panorama waduk pasti akan terasa meneduhkan hati dan menyehatkan mata yang memandangnya. Ditambah lagi udara segar karena jauh dari sumber polusi pasti akan membuat tubuh terasa lebih fresh. Selain itu, sahabat baik sendiri, bersama keluarga maupun teman dapat menjadikan waduk ini sebagai tempat memancing, bersantai dan berlibur. Selain itu, di waduk ini memiliki potensi sebagai wisata kuliner khas berupa ikan air tawar yang terkenal yaitu ikan betutu.

Waduk Penjalin adalah salah satu objek wisata alam andalan Kabupaten Brebes. Penggunaan kata Penjalin pada waduk tersebut berasal dari bahasa Jawa yang artinya rotan. Waduk tersebut berada di perbatasan Kabupaten Brebes dengan Kabupaten Banyumas. Lokasinya secara administratif berada di Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah. Untuk mencapai lokasi waduk ini, perjalanan dari ibu kota Kecamatan Paguyangan menuju ke arah selatan pada rute jurusan Purwokerto hingga berada di Desa Winduaji kemudian berbelok ke kanan menuju lokasi waduk. Jarak perjalanan yang ditempuh menuju ke lokasi Waduk Penjalin, dari ibu kota Kecamatan Paguyangan sekitar 6 km, dari ibu kota Kecamatan Bumiayu sekitar 12 km, sedangkan dari ibu kota Kabupaten Banyumas yaitu Purwokerto sekitar 30 km.

Keberadaan waduk ini kesehariannya digunakan oleh masyarakat sekitar untuk mencari nafkah dengan membuat keramba apung, mencari ikan, jasa penyewaan perahu untuk para pengunjung saat musim liburan yang ingin menyusuri waduk hingga ke bagian tengah. Sedangkan pada saat menyambut hari raya Idul Fitri, lokasi waduk ini berubah menjadi tempat keramaian. Pada saat itu, seusai Shalat Id dan bersilaturahmi dengan keluarga serta tetangga, warga di sekitar Waduk Penjalin memiliki tradisi mengunjungi waduk ini sekedar berwisata setelah menjalankan ibadah puasa Ramadan selama sebulan. Selain itu, beberapa unsur dan organisasi sosial kemasyarakatan atau lembaga di desa seperti Unsur Pemuda Desa Winduaji, BPD (Badan Permusyawaratan Desa), dan LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) yang tergabung sebagai Panitia Penyelenggara Keramaian bekerjasama dengan Kantor Pariwisata memberikan suguhan sebagai daya tarik pengunjung seperti lomba menangkap itik, lomba balap dayung, pentas musik dangdut, dan permainan ketangkasan bagi anak-anak. Khusus bagi penggemar hiking, dapat pula mengunjungi obyek wisata mata air dari sungai Pemali dengan pemandangan alam hutan pinus yang cantik yang lokasinya tidak jauh yaitu sekitar 2 km dari waduk ini.

Dengan luas 1,25 km2, Waduk Penjalin mampu menampung air sebanyak 9,5 juta m3. Tanggul di bagian muka waduk ini berketinggian 16 m, panjang 850 m dan lebar 4 m. Waduk ini dikelilingi jalan melingkar sepanjang 7 km yang melewati beberapa pedukuhan yaitu Kali Garung, Karang Nangka, Karang Sempu, Kedung Agung, Keser Kulon, Mungguhan, Pecikalan, dan Soka. Sedangkan tanggul dan pintu gerbang waduk di sebelah timur adalah dukuh Keser Tengah.

Waduk Penjalin dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1930 dengan fungsi awalnya merupakan waduk tadah hujan untuk menyuplai air irigasi persawahan daerah sekitarnya. Waduk ini dibangun bersamaan dengan Waduk Malahayu di Desa Malahayu Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes. Kedua Waduk ini merupakan kawasan bernama Suaka Perikanan Waduk Malahayu dan Waduk Penjalin yang termasuk dalam tipe Kawasan Konservasi Perairan Daerah. Adapun keberadaan kedua waduk tersebut adalah dengan dasar hukum SK Bupati Brebes No. 523/177 Tahun 2007.




------------------------------------------------------------------------------

Sumber Pustaka :

Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan. (tanpa tahun). Data Kawasan Konservasi. <http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/basisdata-kawasan-konservasi/details/1/132>. [15/6/15]
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...