Oleh : Yus Machrus
Gambar : Sunan Gunung Jati (Walisembilan.com) |
Ziarah Wali Songo merupakan
rangkaian perjalanan untuk berziarah atau berkunjung dan berdo’a di makam
Sembilan Wali penyebar agama Islam di Nusantara. Ke sembilan makam Wali
tersebut terdapat di 3 provinsi yaitu 5 makam Wali berada di wilayah Jawa
Timur, tiga makam di antaranya berada di Jawa Tengah, dan satu makam di Jawa
Barat. Makam Wali di Jawa Barat tersebut adalah makam Sunan Gunung Jati.
Gambar : Pintu Masuk Makam Sunan Gunung Jati (SindoNews.com) |
Makam Sunan Gunung Jati terdapat di
Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat tepatnya di Desa Astana, Kecamatan
Gunung Jati. Hingga saat ini, makam beliau tak pernah sepi dari peziarah yang
datang dari berbagai penjuru nusantara, bahkan datang pula dari negara asing Timur
Tengah dan Afrika.
Lokasi makam tersebut berada
sekitar 6 km dari Kota Cirebon yang dilintasi jalur Cirebon-Indramayu. Bila
menggunakan kendaraan umum dari Terminal Bus Harjamukti Kota Cirebon kemudian berjalan
atau menggunakan becak menuju Terminal Angkutan Kota Dukuh Semar yang lokasinya
tepat di belakang Terminal Bus Harjamukti kemudian bisa menggunakan beberapa
alternatif diantaranya adalah menggunakan Angkot D5 atau D6 menuju pertigaan
Krucuk dekat Kantor Bank BTN–Kantor Telkom di Jalan Siliwangi (saat ini tarif angkot Rp. 4.000 jauh dekat) kemudian
dilanjutkan dengan angkot GG/06 melewati Klayan atau minibus/elf jurusan ke Indramayu (tarif sekitar
Rp. 3.000) atau becak (kurang lebih Rp. 10.000 tergantung kesepakatan) dengan
waktu tempuh kurang lebih 15 menit. Bila menggunakan Kereta Api Bisnis dan atau
Eksekutif (seperti KA. Cirebon Ekspress, KA. Argo Mulia, KA. Argo Dwipangga,
KA. Argo Jati, KA. Taksaka Pagi, KA. Argo Jati, KA. Argo Anggrek Pagi, KA.
Tegal Bahari, dsb), dari Stasiun Kereta Api Kejaksan Kota Cirebon bisa
menggunakan Angkot D5 atau D6 menuju pertigaan Krucuk dekat Kantor Bank
BTN–Kantor Telkom di Jalan Siliwangi kemudian dilanjutkan dengan angkot GG/06
melewati Klayan atau minibus/elf jurusan ke Indramayu atau becak (kurang lebih
Rp. 10.000 tergantung kesepakatan) dengan waktu tempuh lebih singkat yaitu sekitar
10 menit. Begitupun bila menggunakan Kereta Api Ekonomi (seperti KA. Kertajaya,
KA. Kutojaya Utara, KA. Gajahwong, KA. Menoreh, KA. Tegal Ekspress, KA. Gaya
Baru Malam, dsb) dari Stasiun Kereta Api Prujakan Kota Cirebon bisa menggunakan
Angkot D6 menuju pertigaan Krucuk dekat Kantor Bank BTN–Kantor Telkom di Jalan
Siliwangi kemudian dilanjutkan dengan
angkot GG/06 melewati Klayan atau
minibus/elf jurusan ke Indramayu atau becak (kurang lebih Rp. 15.000 tergantung
kesepakatan) dengan waktu tempuh yaitu sekitar 15 menit . Untuk info lebih lengkap
terkait Nama Kereta Api, Harga Tiket, Jadwal, Stasiun Asal dan Tujuan dapat
dilihat di Web PT. Kereta Api Indonesia (Persero) di link https://tiket.kereta-api.co.id/.
Kompleks Makam Sunan Gunung Jati
memiliki lahan seluas lima hektar. Memasuki kompleks makam ini tidak dipungut
biaya, namun para pengunjung dapat menyumbang dana seikhlasnya pada kotak
sumbangan yang terletak di setiap pintu masuk. Berwisata religi di makam ini,
peziarah tak perlu repot dengan berbagai kelengkapan karena di kompleks makam
ini sudah tersedia penginapan, rumah makan, fasilitas mandi cuci dan toilet.
Begitupun bagi yang ingin mencari oleh-oleh, peziarah juga akan dengan mudah
mendapatkannya dari pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai cindera mata
maupun makanan khas Cirebon di sekitar kompleks makam tersebut. Sedangkan bagi
peziarah yang membawa kendaraan tersedia pula tempat parkir yang nyaman dekat alun-alun.
Komplek makam Sunan Gunung Jati memiliki
beberapa keunikan. Peziarah jangan merasa heran dengan fenomena yang terlihat aneh,
karena untuk menuju makam Sunan Gunung Jati akan melintasi jalan setapak
berkelok, berpapasan dengan banyak pengemis segala usia, melewati padatnya rumah
penduduk dan sebuah Masjid yang merupakan bagian dari kompleks makam.
Di dalam komplek makam di Gunung
Sembung, akan terlihat pemandangan nan artistik berjejer. Kompleks makam
tersebut memiliki 9 pintu utama (Lawang Songo), namun bagi peziarah umum, hanya
diizinkan sampai pintu ke-4 di serambi muka Pesambangan. Serambi muka dibatasi
Lawang Gedhe, pintu pembatas bagi peziarah umum. Pintu ke-5 sampai 9 lebih
ekslusif karena untuk dapat masuk hingga pintu tersebut harus memiliki ijin
dari pihak keraton dan dengan pakaian adat yang telah ditentukan serta
memberikan imbalan sedekah dengan jumlah tertentu. Pusat dari kompleks makam
ini adalah Makam Sunan Gunung Jati yang berada setelah pintu ke-9, terletak di
Puncak Gunung Sembung yang tingginya mencapai 20 meter.
Gambar : Dinding Berkeramik (DetikTravel.com) |
Di sebelah barat serambi muka terdapat
Lawang Mergu yang diperuntukkan bagi para peziarah Tiong Hoa yang ingin berdoa
untuk Putri Ong Tien Nio yang merupakan Putri Kaisar Hong Gie dari Dinasti Ming
sebagai pemimpin China saat itu. Keterkaitan antara Putri Ong Tien Nio dengan
Sunan Gunung Jati adalah karena pada tahun 1479 Sunan Gunung Jati menyebarkan
agama Islam di wilayah China yang bernama Nan King. Saat di negeri China
tersebut Sunan Gunung Jati bergelar Maulana Isnanul Kamil. Sekembalinya Sunan Gunung
Jati dari negeri China, Putri Ong Tien menyusul kepergian Sunan Gunung Jati.
Selanjutnya Sunan Gunung Jati menikahi Putri Ong Tien yang kemudian mendapatkan
sebutan nama lain yaitu Nyi Mas Ratu Rara Sumandeng. Inilah sebabnya mengapa
terdapat begitu banyak keramik dengan kondisi baik dan berornamen unik juga
gambar yang menarik seperti burung, orang berpakaian khas Tionghoa dan
bunga-bunga. Rupanya keramik-keramik aneka warna yang terintegrasi di dinding
itu dibawa dari China oleh Putri Ong Tien Nio.
Gambar : Makam Sunan Gunung Jati (Merdeka.com) |
Bangunan makam Sunan Gunung Jati
memiliki gaya arsitektur kombinasi gaya arsitektur Jawa, Arab, dan Cina. Arsitektur
Jawa tampak pada atap bangunan berbentuk limasan. Arsitektur Cina tampak pada
desain interior dinding makam yang penuh dengan hiasan keramik dan porselin.
Selain menempel pada dinding makam, benda-benda antik tersebut juga terpajang
di sepanjang jalan makam. Semua benda itu sudah berusia ratusan tahun, namun
kondisinya masih terawat. Benda-benda tersebut dibawa oleh istri Sunan Gunung
Jati, Nyi Mas Ratu Rara Sumandeng dari Cina sekitar abad ke-13 M. Sedangkan
arsitektur Timur Tengah terletak pada hiasan kaligrafi yang terukir indah pada
dinding dan bangunan makam itu.
Keunikan lainnya tampak pada
adanya sembilan pintu makam yang tersusun bertingkat. Masing-masing pintu
tersebut mempunyai nama yang berbeda-beda, secara berurutan dapat disebut
sebagai berikut: pintu gapura, pintu krapyak, pintu pasujudan, pintu
ratnakomala, pintu jinem, pintu rararoga, pintu kaca, pintu bacem, dan pintu
kesembilan bernama pintu teratai. Semua pengunjung hanya boleh memasuki sampai
pintu ke lima saja. Sebab pintu ke enam sampai ke sembilan hanya diperuntukkan
bagi keturunan Sunan Gunung Jati sendiri.
Kompleks makam ini juga
dilengkapi dengan dua buah ruangan yang disebut dengan Balaimangu Majapahit dan
Balaimangu Padjadjaran. Balaimangu Majapahit merupakan bangunan yang dibuat
oleh Kerajaan Majapahit untuk dihadiahkan kepada Sunan Gunung Jati sewaktu ia
menikah dengan Nyi Mas Tepasari, putri dari salah seorang pembesar Majapahit
yang bernama Ki Ageng Tepasan. Sedangkan Balaimangu Padjadjaran merupakan
bangunan yang dibuat oleh Prabu Siliwangi untuk dihadiahkan kepada Syarif
Hidayatullah sewaktu ia dinobatkan sebagai Sultan Kesultanan Pakungwati
(kesultanan yang merupakan cikal bakal berdirinya Kesultanan Cirebon).
Semasa hidupnya Sunan Gunung Jati
merupakan salah satu dari sembilan tokoh yang dikenal dengan sebutan Wali
Songo. Pada abad ke-14, Sunan Gunung Jati bersama delapan tokoh Wali Songo
yaitu Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan
Kudus, Sunan Kalijaga, dan Sunan Muria berperan dalam penyebaran Islam di tanah
Jawa pada abad ke 14. Para wali songo tersebar di tiga wilayah penting pantai
utara pulau Jawa yaitu Cirebon di Jawa Barat, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah,
Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur.
Bernama asli Syarif Hidayatullah,
Sunan Gunung Jati lahir dari hasil perkawinan Nyi Ratu Rarasantang (Putri Prabu
Siliwangi) dengan Syarief Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, seorang
Mubaligh dan Musafir besar dari Gujarat, India yang sangat dikenal sebagai
Syekh Maulana Akbar bagi kaum Sufi di tanah air. Syekh Maulana Akbar adalah
putra Ahmad Jalal Syah putra Abdullah Khan putra Abdul Malik putra Alwi putra
Syekh Muhammad Shahib Mirbath, ulama besar di Hadramaut, Yaman yang silsilahnya
sampai kepada Rasulullah melalui cucunya Imam Husain.
Pada abad 13 masehi Sunan Gunung
Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahan yang kemudian
dikenal dengan nama Kesultanan Cirebon. Selain sebagai salah seorang Wali
Songo, beliau pernah menjadi raja di Kasultanan Cirebon yang merupakan sultan
pertama Kasultanan Cirebon yang pada awalnya bernama Keraton Pakungwati. Dengan
peranannya tersebut, Sunan Gunung Jati mendapat penghormatan dari raja-raja
lain seperti kerajaan Demak dan Pajang karena kedudukannya sebagai raja dan
ulama. Beliau menyebarkan Islam ke daerah lain di Jawa Barat seperti
Majalengka, Kuningan, Sunda Kelapa, dan Banten. Bukan hanya di Jawa Barat,
Sunan Gunung Jati juga pernah menyebarkan agama Islam hingga ke wilayah China
yang bernama Nan King dan bergelar Maulana Isnanul Kamil.
Gambar dari Sumber :
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
Dirangkum dari sumber :
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
5
|
|
6
|
|
7
|
|
8
|
Lengkap dan menarik artikelnya, lihat juga disini
ReplyDeletemisteri dan keindahan gunung kawi
top wisata di jawa timur yang menarik