Waktu
: 26/11/2015 18:35:07
Sumber
: Marwan Jafar
SEOUL
- Kunjungan balasan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Marwan Jafar ke Korea Selatan pada Selasa (24/11)
membuahkan hasil. Kedua negara menyepakati untuk membuat forum bersama
guna mengembangkan konsep Saemaul Undong di Indonesia.
Menteri Desa, Marwan Jafar menjelaskan konsep Saemaul Undong memiliki kesamaan semangat dalam proses desa membangun. Kesamaan yang dimaksudkan yakni adanya pengakuan terhadap nilai-nilai lokal serta partisipasi dan gotong royong dengan mengkombinasikan kepimpinan yang memberikan contoh role model.
“Jadi dalam konsep ini ada partisipasi masyarakat dalam menentukan proses pembangunan desa, sehingga desa benar-benar menjadi subjek pembangunan sebagaimana paradigma desa membangun yang kita anut saat ini,” ujar Menteri Marwan, di Korea, Kamis (26/11).
Selain menyepakati penerapan konsep Saemaul Undong, kedua negara juga menyepakati untuk mengembangkan Information Network Village (Invil) di beberapa desa yang akan menjadi pilot project. Tujuh daerah di Indonesia yang menjadi sasaran penerapannya, selain Bantul dan Gunung Kidul yang sudah lebih dulu, juga Madura, Situbondo, Bondowoso, Garut, dan Sukabumi.
“Nantinya pengembangan ini akan didukung oleh kedua kementerian, bahkan Kementerian Interior Republik Korea Selatan memiliki komitmen untuk mengajak berbagai perusahaan Korea dalam rangka mewujudkan Konsep Desa Berbasis IT di Indonesia,” papar Marwan.
Sebagai Menteri Desa yang pertama di Indonesia, Marwan yakin kerjasama antara Indonesia dan Korea akan dilanjutkan kepada kerangka yang lebih teknis dan terukur untuk mewujudkan percepatan pembangunan perdesaan di Indonesia.
Menteri Desa, Marwan Jafar menjelaskan konsep Saemaul Undong memiliki kesamaan semangat dalam proses desa membangun. Kesamaan yang dimaksudkan yakni adanya pengakuan terhadap nilai-nilai lokal serta partisipasi dan gotong royong dengan mengkombinasikan kepimpinan yang memberikan contoh role model.
“Jadi dalam konsep ini ada partisipasi masyarakat dalam menentukan proses pembangunan desa, sehingga desa benar-benar menjadi subjek pembangunan sebagaimana paradigma desa membangun yang kita anut saat ini,” ujar Menteri Marwan, di Korea, Kamis (26/11).
Selain menyepakati penerapan konsep Saemaul Undong, kedua negara juga menyepakati untuk mengembangkan Information Network Village (Invil) di beberapa desa yang akan menjadi pilot project. Tujuh daerah di Indonesia yang menjadi sasaran penerapannya, selain Bantul dan Gunung Kidul yang sudah lebih dulu, juga Madura, Situbondo, Bondowoso, Garut, dan Sukabumi.
“Nantinya pengembangan ini akan didukung oleh kedua kementerian, bahkan Kementerian Interior Republik Korea Selatan memiliki komitmen untuk mengajak berbagai perusahaan Korea dalam rangka mewujudkan Konsep Desa Berbasis IT di Indonesia,” papar Marwan.
Sebagai Menteri Desa yang pertama di Indonesia, Marwan yakin kerjasama antara Indonesia dan Korea akan dilanjutkan kepada kerangka yang lebih teknis dan terukur untuk mewujudkan percepatan pembangunan perdesaan di Indonesia.
“Ada beberapa hal teknis yang sudah kita sepakati dan akan kita jalankan kedepannya dengan Korea, Kementerian desa yang baru pertama kali ada di Indonesia masih butuh banyak belajar dan bantuan dari beberapa negara maju seperti Korea,” imbuhnya.
Kunjungan Menteri Desa ke Korea tidak hanya melakukan kerjasama antara pemerintah dengan pemerintah, kesempatan berkunjung di Korea Selatan juga dimanfaatkan untuk melakukan pertemuan dengan Asosiasi Korea Indonesia yang memiliki 50 anggota yang terdiri dari para wirausahawan.
“Dalam pertemuan dengan para wirausahawan tersebut juga telah disepakati, pada tahun 2016 asosiasi ini memberikan bantuan ke Indonesia berupa bantuan peralatan pemadam kebakaran. Direncanakan pada tahun yang sama merekan juga akan mendirikan pabrik di Indonesia,” imbuhnya.
Kerja sama lainnya dengan Korsel, Menteri Marwan mengatakan, juga menjalin kerja sama dengan Menteri Pertanian, Lee Dong-phil yang menawarkan investasi di kawasan perbatasan negara di Kalimantan dan Papua, NTB dan NTT. “Kerja sama dilakukan dalam hal peningkatan kapasitas pertanian dan produksi yang berbasis desa,” ujarnya.
Sumber : Kemendesa, diakses tanggal 27 Nopember 2015, jam 00:38 WIB
No comments :
Post a Comment