Terdapat
dua macam tipe pupuk organik cair yang dibuat melalui proses pengomposan.
Pertama adalah pupuk organik cair yang dibuat dengan cara melarutkan pupuk
organik yang telah jadi atau setengah jadi ke dalam air. Jenis pupuk yang dilarutkan
bisa berupa pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos atau campuran semuanya.
Pupuk organik cair semacam ini karakteristiknya tidak jauh beda dengan pupuk
organik padat, hanya saja wujudnya berupa cairan. Dalam bahasa lebih mudah,
kira-kira seperti teh yang dicelupkan ke dalam air lalu airnya dijadikan pupuk.
Pupuk
cair tipe ini suspensi larutannya kurang stabil dan mudah mengendap. Kita tidak
bisa menyimpan pupuk tipe ini dalam jangka waktu lama. Setelah jadi biasanya
harus langsung digunakan. Pengaplikasiannya dilakukan dengan cara menyiramkan
pupuk pada permukaan tanah disekitar tanaman, tidak disemprotkan ke daun.
Kedua
adalah pupuk organik cair yang dibuat dari bahan-bahan organik yang
difermentasikan dalam kondisi anaerob dengan bantuan organisme hidup. Bahan
bakunya dari material organik yang belum terkomposkan. Unsur hara yang
terkandung dalam larutan pupuk cair tipe ini benar-benar berbentuk cair. Jadi
larutannya lebih stabil. Bila dibiarkan tidak mengendap. Oleh karena itu, sifat
dan karakteristiknya pun berbeda dengan pupuk cair yang dibuat dari pupuk padat
yang dilarutkan ke dalam air. Tulisan ini bermaksud untuk membahas pupuk
organik cair tipe yang kedua.
Sifat dan Karakteristik Pupuk Organik Cair
Pupuk
organik cair tidak bisa dijadikan pupuk utama dalam bercocok tanam. Sebaiknya
gunakan pupuk organik padat sebagai pupuk utama/dasar. Pupuk organik padat akan
tersimpan lebih lama dalam media tanam dan bisa menyediakan hara untuk jangka
yang panjang. Sedangkan, nutrisi yang ada pada pupuk cair lebih rentan terbawa
erosi. Namun di sisi lain, lebih mudah dicerna oleh tanaman.
Jenis
pupuk cair lebih efektif dan efesien jika diaplikasikan pada daun, bunga dan
batang dibanding pada media tanam (kecuali pada metode hidroponik). Pupuk
organik cair bisa berfungsi sebagai perangsang tumbuh. Terutama saat tanaman
mulai bertunas atau saat perubahan dari fase vegetatif ke generatif untuk
merangsang pertumbuhan buah dan biji. Daun dan batang bisa menyerap secara
langsung pupuk yang diberikan melalui stomata atau pori-pori yang ada pada
permukaannya.
Pemberian
pupuk organik cair lewat daun harus hati-hati. Jaga jangan sampai overdosis,
karena bisa mematikan tanaman. Pemberian pupuk daun yang berlebih juga akan
mengundang hama dan penyakit pada tanaman. Jadi, ketepatan takaran harus
benar-benar diperhatikan untuk mendapatkan hasil maksimal.
Setiap
tanaman mempunyai kapasitas dalam menyerap nutrisi sebagai makanannya. Secara
teoritik, tanaman hanya sanggup menyerap unsur hara yang tersedia dalam tanah
tidak lebih dari 2% per hari. Pada daun, meskipun kami belum menemukan angka
persisnya, bisa diperkirakan jumlahnya tidak lebih dari 2%. Oleh karena itu
pemberian pupuk organik cair pada daun harus diencerkan terlebih dahulu.
Karena
sifatnya sebagai pupuk tambahan, pupuk organik cair sebaiknya kaya akan unsur
hara mikro. Sementara unsur hara makro dipenuhi oleh pupuk utama lewat tanah,
pupuk organik cair harus memberikan unsur hara mikro yang lebih. Untuk
mendapatkan kandungan hara mikro, bisa dipilah dari bahan baku pupuk.
Cara Membuat Pupuk Organik Cair
- Siapkan bahan-bahan berikut: 1 karung kotoran ayam, setengah karung dedak, 30 kg hijauan (jerami, gedebong pisang, daun leguminosa), 100 gram gula merah, 50 ml bioaktivator (EM4), air bersih secukupnya.
- Siapkan tong plastik kedap udara ukuran 100 liter sebagai media pembuatan pupuk, satu meter selang aerotor transparan (diameter kira-kira 0,5 cm), botol plastik bekas akua ukuran 1 liter. Lubangi tutup tong seukuran selang aerotor.
- Potong atau rajang bahan-bahan organik yang akan dijadikan bahan baku. Masukkan kedalam tong dan tambahkan air, komposisinya: 2 bagian bahan organik, 1 bagian air. Kemudian aduk-aduk hingga merata.
- Larutkan bioaktivator seperti EM4 dan gula merah 5 liter air aduk hingga merata. Kemudian tambahkan larutan tersebut ke dalam tong yang berisi bahan baku pupuk.
- Tutup tong dengan rapat, lalu masukan selang lewat tutup tong yang telah diberi lubang. Rekatkan tempat selang masuk sehingga tidak ada celah udara. Biarkan ujung selang yang lain masuk kedalam botol yang telah diberi air.
- Pastikan benar-benar rapat, karena reaksinya akan berlangsung secara anaerob. Fungsi selang adalah untuk menyetabilkan suhu adonan dengan membuang gas yang dihasilkan tanpa harus ada udara dari luar masuk ke dalam tong.
- Tunggu hingga 7-10 hari. Untuk mengecek tingkat kematangan, buka penutup tong cium bau adonan. Apabila wanginya seperti wangi tape, adonan sudah matang.
- Pisahkan antara cairan dengan ampasnya dengan cara menyaringnya. Gunakan saringan kain. Ampas adonan bisa digunakan sebagai pupuk organik padat.
- Masukkan cairan yang telah melewati penyaringan pada botol plastik atau kaca, tutup rapat. Pupuk organik cair telah jadi dan siap digunakan. Apabila dikemas baik, pupuk bisa digunakan sampai 6 bulan.
Secara sederhana
bisa dikatakan, untuk membuat pupuk perangsang daun gunakan sumber bahan
organik dari jenis daun-daunan. Sedangkan untuk membuat pupuk perangsang buah
gunakan bahan organik dari sisa limbah buah seperti sekam padi atau kulit
buah-buahan.
October 15, 2015
Sumber : E Petani, Kementerian Pertanian, diakses tanggal 9 Januari 2016, jam 11.10 WIB.
No comments :
Post a Comment